STUDI NEOLIB DALAM KONTEKS GLOBAL DAN NEGARA #4
Negeri-Negeri Muslim dan Peradaban Islam

Jikalau kita mau kembali kembali kepada asal sejarah kelahiran neoliberalisme, kita akan melihat bahwa ia lahir dari ketakutan (hasil ramalan-ramalan) barat akan lahirnya pesaing-pesaing baru dari peradaban yang telah dibangun (Amerika). Sehingga mereka berupaya membuat suatu rekayasa global yang dapat mengontrol (baca: menghambat) berbagai peradaban lain yang akan tumbuh.

Dan jika melihat efektivitas dampak dan wilayah serangan isme ini, dapat dikatakan negeri-negeri islam merupakan sasaran utama mereka. Sejalan dengan pernyataan Huntington di dalam bukunya "The Clash of Civization and The Remaking and World Order". Ia menuliskan bahwa Islam adalah satu-satunya peradaban yang pernah membuat Barat tidak merasa aman. Kemudian dia meneruskan pemikirannya ini dalam bukunya "Who Are We?" Disini Ia lebih jelas lagi memvonis Islam sebagai musuh Barat menggantikan posisi komunis pasca perang dingin. Bahkan Petrick J. Buchanan dalam artikelnya "Is Islam an Enemy the United States ?" Ia menulis, Bagi sebagian orang Amerika yang mencari musuh baru untuk uji coba kekuasaan setelah runtuhnya komunis, Islam adalah pilihannya. Rekomendasi terpenting dari Huntington, pasca-Perang Dingin tidak berarti tumbangnya Blok Timur yang sosialis-komunis dan langsung mengubah wajah ke arah kapitalisme-Barat. Ada kecenderungan, Negara negara bekas Blok Timur itu akan mencari identitas masing-masing yang boleh jadi kembali ke identitas masa lalunya. Timur-Tengah akan kembali ke Islam, Cina ke budaya leluhurnya, dan bermuara pada terjadinya 'perbenturan peradaban'. Luka lama antara Islam dengan Barat, yang sudah 1.300 tahun yang nyaris terkubur, akan terkuak kembali.

Sekenario Serangan 11 September 2003, invasi AS atas Afganistan, Irak dan Somalia, Dukunan AS atas Israel, Tekanan AS atas Iran, insidenc karikatur Nabi Muhammad SAW, seolah-olah membenarkan rumusan Lewis dan muridnya Huntington tentang benturan (clash) peradaban. Alibi ini dipermudah dengan banyaknya negeri-negeri muslim -- yang sedang berada pada stasus negera berkembangan, sedang berkembang bahkan tradisional -- di sebagian besar benua Afrika dan Asia yang sangat mudah di intervensi secara ekonomi dan politik.

Hari ini tidak saja negeri-negeri muslim yang telah menyadari, bahwa telah terjadi berubahan dari semangat globalisasi dunia menjadi Amerikanisasi dunia, (yang Unipolar/ menuju satu kutub). Negara seperti Skandinavia, Jepang dan model sosial Eropa. Bahkan mereka yang berada di negara maju sekalipun, mulai merasa khawatir globalisasi digunakan untuk memenangkan “model liberal Anglo-Amerika”. Secara objektif mereka menilai, jika Model ekonomi-politik Amerika tersebut memang unggul jika berdasarkan PDB (Product Domestic Bruto) suatu negara, sangat mungkin hasilnya tidak demikian jika digunakan dimensi lain sebagai ukuran, misalnya kualitas hidup, pengentasan kemiskinan, atau bahkan pelayanan terhadap masyarakat, yang ternyata masih kalah efektivitasnya dengan sistem model lain yang diterapkan di beberapa negara Eropa.

Jika benar yang dikatakan Amerika, bahwa : bagi AS, kemenangan dalam Perang Dingin pada hakikat adalah globalisasi berdasarkan pemaknaannya. persis seperti yang diungkapkan Thomas L Friedman dalam buku Understanding Globalization: The Lexus and The Olive Tree (2000) yang menyebutkan bahwa pasca-Perang Dingin sistem internasional sudah berubah, dan dirumuskan oleh sistem dalam globalisasi itu sendiri. Dan, globalisasi tidak lain adalah Amerika Serikat sendiri. Maka dengan semua realita yang ada, menunjukan bahwa pemaksaan sistem ini telah membunuh ratusan ribu jiwa sebagai korban perang, dan puluhan ribu jiwa manusia mati kelaparan setiap harinya, serta puluhan negara bangkrut dan terjajah karena jeratan ekonomi yang mereka buat. Maka sudah saatnya kaum muslimin di seluruh dunia untuk bersama, mengatur langkah dengan lebih cerdas dan serius, untuk melakukan islah (perbaikan) dan menunaikan kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar nya, sebagai rahmat (keselamatan, kedamaian, dan kesejaheraan) bagi sekalian alam, dalam peradaban yang baru.

0 komentar: